Dipimpin Mendagri RI, AKBP Andik Ujariyana Hadiri Rakor Pengendalian Inflasi Daerah Secara Virtual
Palu, Tribratanews.sulteng.polri.go.id – Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah (Sulteng) Irjen Pol Drs Rudy Sufahriadi yang diwakili oleh Direktur Reskrimsus melalui AKBP Andik Ujariyana menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (07/11/2022) pagi, di ruang rapat Polibu Kantor Gubernur Provinsi Sulteng.
Acara tersebut dihadiri oleh Gubernur diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Ir. Moh Faizal Mang, MM, Dedy Frits mewakili Kajati, Kasiren Rem 132 Kedin Abi K mewakili Danrem 132 Tadulako dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Rakor yang dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian itu mengatakan bahwa inflasi saat ini menjadi persoalan global yang berdampak pada kemanusiaan, banyak negara-negara di Eropa, Asia, Asia Tenggara dan Negara G20 telah mengalami peningkatan inflasi seperti, di Eropa, Turkey 83,51 persen dan Muldova 33,97persen, Asia, Lebanon 162 persen, Syiria 139 persen, Sri Langka 66 persen, Iran 52,2 persen, Asia Tenggara, Laos 34 persen, sedangkan di negara G20, Turkey 85,51 persen dan Argentina 83 persen.

Inflasi pada bulan Oktober 2022, dari angka 5,95 persen tingkat nasional, Indonesia terjadi penurunan 5,71 persen atau -0,11 persen dan Indonesia menduduki posisi ketujuh negara ekonomi terbesar di dunia
“Ini adalah prestasi yang luar biasa. Disamping usaha pemerintah pusat dan kontribusi pemerintah daerah yang bekerja bersama-sama yang membuat angka ini menurun,” ucap Mendagri.
Dalam kesempatan tersebut, Mendagri juga memaparkan hasil Monev Tim Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), yang dilakukan dan dilaporkan oleh Pemda pada Minggu ke-1 November 2022.
Mendagri berharap agar seluruh kepala daerah beserta jajarannya untuk menjadikan inflasi menjadi isu utama saat ini dan harus betul-betul mengerti terkait inflasi yang membuat daya beli masyarakat menurun. Kemudian, memahami data dan mencari solusi serta terus aktif memonitoring tren kenaikan harga barang dan jasa.
Sementara itu, Direktur Statistik Harga BPS RI Windiarso Konco Aji mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Oktober 2022, mengalami inflasi year on year sebesar 5,71 persen, atau sedikit melemah bulan sebelumnya, dan yang memberikan Inflasi yang cukup besar adalah subsektor transportasi sebagai dampak lanjutan dari efek lanjutan kenaikan BBM di 3 September 2022.
Inflasi di bulan Oktober 2022 ini mengalami deflasi sebesar 0,11 persen, yang di sumbang oleh makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,97 persen. Laju inflasi dapat ditahan dengan deflasi pada subsektor bahan makanan. 5,71 persen merupakan salah satu indikator jangka menengah dan jangka panjang.

“Indikator ini merupakan kerjasama dan kolaborasi bersama antara Kemendagri, kemendag dan BPS untuk mendapatkan indeks perkembangan harga dari catatan 514 Kabupaten/Kota dan 34 Provinsi di seluruh Indonesia,” kata Direktur Statistik Harga BPS RI.
Beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada Oktober 2022 adalah komoditas bahan pangan yakni cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras dan cabai rawit.
“Sampai dengan minggu pertama November 2022, cabai merah menjadi komoditas penyumbang inflasi,” ujarnya.
Masih lanjut Direktur Statistik Harga BPS RI, untuk fluktuasi harga sangat tergantung pada supply yang dipasok dari sentral-sentral produksi daerah. Sehingga fluktuasi harga di Minggu pertama November 2022 paling besar terjadi pada komunitas cabe rawit dan cabe merah.
Ada 45 sampai dengan 65 Kabupaten dan Kota mengalami fluktuasi harga relatif lebih fluktuatif dibandingkan dengan komoditas lainya khususnya tahu mentah cabe rawit dan cabe merah.
“Tahu mentah dan tempe merupakan komoditas yang fluktuasi harganya cukup signifikan selama Minggu pertama November 2022,” pungkasnya.(fn)